Berdasarkan hasil Konferensi Tingkat Menteri Negara-Negara Anggota PPB
yang diselenggarakan United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) pada tanggal 17 November 1965 di Teheran, Iran,
tanggal 8 September ditetapkan sebagai Hari Aksara Internasional
(International Literacy Day).
Peringatan Hari Aksara
Internasional (HAI) pertama kali dilakukan pada tahun 1966. Perayaan HAI
dilandasi oleh semangat untuk memberantas buta aksara di seluruh dunia.
Karena itu, HAI di peringati oleh setiap negara untuk mengingatkan
pentingnya keaksaraan orang di seluruh dunia.
Berdasarkan data
UNESCO, secara global terdapat 781 juta penduduk dewasa yang tidak dapat
membaca, menulis, dan berhitung. Dua pertiga dari mereka adalah
perempuan. Sedangkan pada kelompok anak, terdapat lebih dari 126 juta
anak yang tidak dapat membaca kalimat sederhana meskipun separuh dari
mereka pernah bersekolah selama empat tahun. Selain itu, terdapat 42%
anak-anak dari keluarga miskin dan anak yang berada di wilayah konflik
tidak bisa sekolah (out of school) yang akan menjadi "calon"
buta-aksarawan baru. Oleh karena itu, strategi dan metode pelaksanaan
pendidikan keaksaraan harus tetap dikembangkan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi setiap negara.
Selain
menuntaskan sisa penduduk buta aksara di 11 Provinsi tersebut, juga
terdapat 27 Kabupaten yang masih memiliki sekitar 50.000 penduduk buta
aksara yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pemberantasan buta
aksara. Sementara itu, menurut laporan UNESCO, tren peningkatan
persentase penduduk melek aksara di atas 90%.
Perhelatan HAI 2014
secara global dipusatkan di Dhaka Bangladesh pada 8 Agustus 2014 dengan
mengusung tema "Literacy and Sustainable Development" atau "Keaksaraan
dan Pembangunan Berkelanjutan".
Peringatan puncak acara
HAI ke-49 Tingkat Nasional tahun 2014 akan dilaksanakan di Kendari,
Sulawesi Tenggara pada tanggl 20 September 2014. Pada kegiatan tersebut
akan diselenggarakan berbagai kegiatan lomba dan penghargaan. Melalui
kegiatan peringatan HAI ke-49 ini diharapkan program pendidikan
keaksaraan dalam rangka pemberantasan buta aksara dan pemberdayaan
masyarakat dapat berjalan dengan baik untuk membangun keadaban dan
keunggulan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Pengembangan
pendidikan keaksaraan ke depan harus dikembangkan untuk memperkuat
kemandirian dan kewirausahaan. Untuk itu, dikembangkan program
Keaksaraan Usaha Mandiri dan Aksara Kewirausahaan sebagai kelanjutan
program keaksaraan dasar. Melalui program lanjutan tersebut dilakukan
pelestarian atau pemeliharaan kemampuan keaksaraan dasar sekaligus
diberikan sejumlah pendidikan kecakapan hidup baik soft-skill berupa
sikap dan karakter maupun hard-skill dalam bentuk keterampilan
vokasional. Melalui program lanjutan pasca keaksaraan dasar ini banyak
warga belajar yang akhirnya memiliki keterampilan dan mampu memiliki
usaha baik secara pribadi maupun kelompok (Kelompok Belajar Usaha)
sehingga lebih sejahtera. (Majalah Sanggar Wacana/Edisi 1)
0 komentar :