Gaya bertuturnya ceplas-ceplos. Sekilas, perempuan ini juga terkesan tegas, namun keibuan. Itulah perangai yang tampak sehari-harinnya pada sosok Bunda Kris -- sapaan Kresnawati. Bunda Kres seharinya bekerja menjadi pamong belajar di UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Malang.
Namun, siapa sangka di balik kesan itu, Bunda Kris merupakan pendidik yang sangat menyukai anak. Ya, selama lebih dari sepuluh tahun, Kresnawati bergelut dengan dunia tumbuh kembang anak. Perempuan asli Jakarta ini mengepalai lembaga PAUD Pelangi yang masih berada dalam lingkungan SKB Kabupaten Malang.
“Berinteraksi dengan anak itu menyenangkan. Saya tidak pernah merasakan jenuh saat berada di tengah-tengah mereka,” aku Bunda Kris. Kecintaanya pada anak usia dini Kresnawati tidak terbatas pada PAUD yang dikepalainya. Ia bahkan mengkonsentrasikan waktu, pikiran, dan tenaganya, pada lembaga PAUD, terutama pada pendidik dan tenaga kependidikannya. Apalagi, di Kabupaten Malang, keberadaan pendidikan PAUD memang masih perlu banyak perhatian dan pengembangan.
Ya, sejak 2007 Kresnawati menjadi ketua Himpunan Pendidik PAUD Indonesia (HIMPPAUDI) Kabupaten Malang. Sempat berganti nama sebelumnya dari IPPAUDI dan IKAPAUDI.
PAUD pertama kali dicanangkan percepatannya sejak pemerintahan Presiden Megawati pada 23 Juli 2003. Akan tetapi, HIMPPAUDI baru terasakan kiprah dan eksis pada 2010 silam. Saat itu, jumlah lembaga dan pendidik PAUD hanya 329 lembaga dan pendidik sebanyak 996 orang. Pada 2014 ini, jumlah PAUD terus tumbuh hingga dua kali lipat menjadi 541 lembaga dan 1.807 bunda PAUD.
Banyak program yang sudah dijalankan HIMPPAUDI di bawah kepemimpinan Kresnawati. Paling utama adalah peningkatan kompetensi pendidik PAUD. Meningkatkan kompetensi pendidik dilakukan dengan memberikan apresiasi seperti menggelar Teacher Award. Bahkan, sejak 2012, HIMPPAUDI telah berinisiatif dan memfaslitasi diklat berjenjang bagi pendidik PAUD, yang terdiri dari tingkat dasar, lanjutan, dan mahir.
Hingga kini, selama dua tahun terakhir sudah tercatat 340 pendidik PAUD yang sudah mengikuti diklat berjenjang tingkat dasar. Yang terlibat dalam pengelolaan PAUD dan melayani peserta didik selama ini adalah pengsuh, pendamping, dan pendidik. Akan tetapi, jumlah pendidik PAUD yang sudah mengenyam diklat atau pun berkualifikasi pendidikan S1 PGPAUD sangat lah terbatas.
“Perlu juga percepatan peningkatan kompetensi pendidik mengimbangi menjamurnya pertumbuhan lembaga PAUD. Kami targetkan hingga 1.000 pendidik PAUD mengikuti diklat berjenjang ini sehingga memiliki kompetensi yang setara dengan lulusan S1 PGPAUD. Perlu dukungan pemerintah daerah melalui APBD,” katanya.
Dua tahun terakhir, perhatian terhadap guru PAUD memang sudah diberikan Pemkab Malang dengan memberikan bantuan insentif sebesar Rp 500 ribu pada 2013, meningkat Rp 600 ribu tahun ini. Akan tetapi, bantuan ini lebih banyak membantu pendidik PAUD mengganti atau menambah uang lelah saja.
“Bantuan ini, sangat kurang jika harus digunakan pendidik PAUD meningkatkan kompetensinya,” tambah perempuan berkaca mata ini. Sejauh ini, tambahnya, untuk meningkatkan kompetensi pendidik PAUD, sudah ada bantuan pendampingan mitra PAUD dari pemerintah. Dari yang awalnya Rp 5 juta pada 2008 meningkat menjadi Rp 20 juta pada 2014 ini. Kenyataannya, kebutuhan riil yang harus dikeluarkan jauh lebih besar. (min)
0 komentar :