Apresiasi

Tuesday, 17 March 2015

Eksotisme Pantai Ngliyep, Berpadu Tebing Menantang dan Mitos 'Bukit Cinta Kasih'

Unknown     15:56:00    


Pantai Ngliyep berada di tepi Samudera Indonesia, tepatnya di desa Kedungsalam, kecamatan Donomulyo, 62 km dari arah selatan kota Malang. Luas area pantai ini kurang lebih 10 Ha, terdiri atas kawasan hutan lindung, areal wisata pantai, penginapan, dan lahan parkir.

Pantai Ngliyep sebenarnya adalah sebuah perpaduan antara tebing curam dengan hutan lindung yang lebat dan hamparan pasir putih (biasa disebut Pasir Panjang) di sela-selanya. Pemandangan ombak yang serasa bermain di sela-sela tebing membuat pantai Ngliyep layak untuk dikunjungi. Salah satu eksotisme pantai ini adalah debur ombak yang begitu ganas menghantam tebing-tebing di tepian pantai.


Aktivitas yang bisa dilakukan saat mengunjungi pantai ini yaitu bermain dengan pasir putih, mencari kerang, atau menanti sunset di Gunung Kombang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Gunung Kombang adalah tempat ritual mistis untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul atau Ratu Pantai Laut Selatan. Dengan melakukan ritual di tempat ini, banyak yang berkeyakinan bahwa harapan akan terkabul.

Satu lagi tempat yang menarik adalah sebuah bukit yang disebut dengan Bukit Cinta Kasih. Di bukit ini diyakini, apabila pasangan muda-mudi yang bermain-main di sini maka mereka kelak akan menjadi pasangan.

Setiap tahun, di bulan Jawa tepatnya bulan Maulud, pantai Ngliyep akan lebih ramai dari biasanya karena digelar acara ritual bertajuk Upacara Labuhan yang digelar setiap tanggal 15 Maulud. Upacara Labuhan adalah upacara pengorbanan, dimana kepala hewan ternak seperti kambing atau sapi yang dikorbankan dan selanjutnya dilarung ke laut sebagai sesaji. Upacara ini sebagai ungkapan syukur sekaligus memanjatkan doa-doa kesejahteraan agar dijauhkan dari segala mara bahaya. Sesaji itu terutama ditujukan bagi Nyai Roro Kidul, sang Ratu Laut Selatan.

Konon upacara Labuhan ini pertama kali dilaksanakan untuk menghindarkan wabah penyakit yang diistilahkan Pagebluk yang melanda penduduk desa setempat. Pagebluk di Desa Kedungsalam itu terjadi sekitar tahun 1913, dan seorang sesepuh desa bernama Mbah Atun yang mendapat mimpi untuk menggelar upacara Labuhan di pantai, demi keluar dari pagebluk itu. Larung sesaji ini diiringi kesenian Reog sepanjang jalan menuju pantai. Iringan-iringan orang mengenakan baju tradisional Jawa dan membawa sesaji itu kemudian berjalan menuju Gunung Kombang, kurang lebih 300 meter dari bibir pantai.

Berwisata ke pantai memang sebuah pilihan yang tepat. Angin yang berhembus kencang di tepi pantai benar-benar sangat menyenangkan. Sarana bermain anak-anak, bumi perkemahan, dan adanya mitos “Nyai Roro Kidul” dapat menjadikan pantai ini sebagai alternatif bagi wisatawan. Namun, bagi anda yang suka berenang, sebaiknya tetap mematuhi peraturan dari pihak pengelola karena ombak di pantai ini dapat membahayakan keselamatan diri anda.

Tiket masuk Pantai Ngliyep yaitu Rp 5000,- per-orang, ditambah biaya parkir Rp 5000,- per-mobil. Debur ombak pantai yang bergerak seperti menggapai-gapai tanpa henti tentunnya juga sangat eksotis bagi pengunjung pehobi fotografi untuk mengabadikannya dari berbagai sudut. Pengunjung bisa menikmati lelah dan memanjakan lidah darung-warung makanan, menikmati es kelapa muda. Pajangan souvenir juga berjajar di tepi lahan parkir dan juga di bibir pantai. Bagi 

pengunjung yang ingin bermalam di pantai ini untuk menikmati sunrise yang konon sangat indah, dapat menyewa kamar di Penginapan Larasati.Untuk mencapai pantai ini, jalur yang termudah adalah melalui Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Pagak,  lalu ke Kecamatan Donomulyo, dan dari situ kita bisa langsung menuju ke Desa Kedungsalam dan dilanjutkan ke Pantai Ngliyep dengan kondisi jalan yang sudah beraspal.

0 komentar :

© 2011-2014 Majalah Cendekia. Designed by Bloggertheme9.