Apresiasi

Tuesday, 17 March 2015

KONI Gelar Tes Kesehatan dan Motivasi

Unknown     16:02:00    

Atlet usia dini berprestasi kian mendapatkan perhatian. Mereka kini mendapatkan pembinaan yang lebih utuh sejak dini. Rabu (24/12) lalu, setidaknya 76 atlet usia dini mendapatkan tes kesehatan dan motivasi yang difasilitasi KONI Kabupaten Malang. Kegiatan ini bertempat dipusatkan di kampus Stikes (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) Kepanjen.

Tes kesehatan ini diberikan KONI bekerja sama dengan tim kesehatan dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Malang. Satu per satu peserta menjalani tes kesehatan yang di antaranya meliputi rekam jantung dan kapasitas O2. Rekam kapasitas O2 misalnya, akan diketahui kebutuhan oksigen yang efektif mampu digunakan jantung dan paru-paru seorang atlet.

Ketua pelaksana tes kesehatan dan motivasi Nanang Suryatin mengungkapkan, tes kesehatan ini diikuti atlet usia dini berusia 10-15 tahun yang telah berprestasi hingga even atau kejuaraan olah raga tingkat provinsi Jawa Timur. Mereka terjaring dari 14 cabor yang memang sudah memiliki prestasi juara yang diraih para atlit ini.


Tes kesehatan ini menjadi rangkaian awal program pembinaan atlet usia dini yang akan dijalankan KONI Kabupaten Malang. KONI, kata Nanang, memprogramkan pembinaan atlet usia dini untuk dipersiapkan meraih prestasi hingga tiga tahun mendatang. Diantaranya, prestasi yang bisa diraih saat diterjunkan di ajang Porprov 2017 mendatang.

Sementara itu, ketua tim medis tes kesehatan dr Farid Eka WE mengungkapkan, tes yang digelar adalah tes fisiologi yang melihat kelayakan atlet berdasarkan potensi yang bisa dikenali. Tes dini dan lebih lengkap ini nantinya bisa dijadikan rujukan apakah program pelatihan yang ditempakan pada atlet membahayakan atau tidak untuk seusia mereka dan pada masa depan mereka nantinya. Dengan analisa hasil tes ini, katanya, kapan titik puncak prestasi (peak performance) seorang atlet sudah bisa diprediksi.

“Dengan tes kesehatan ini, akan diketahui apakah beban latihan seorang atlet sudah cukup, kurang, atau bahkan kelebihan. Jangan sampai, atlet yang masih belia terlalu dituntut menjalani program latihan dan meraih prestasi di luar kemampuan fisik dan fisiologisnya,” tegas pria yang sehari-hari bekerja di FIK UM ini.

Dikatakan ia, screening kesehatan atlet ini memang memotret kondisi kekinian atlet berdasarkan akumulasi aktivitas fisiknya di masa lalu. Meski demikian, screening serupa bisa dilakukan kembali setelah enam bulan. Nantinya, tim tes kesehatan akan merekomendasikan program pelatihan, metode, termasuk asupan gizi yang pas sesuai dengan kondisi tiap atlet.

“Lebih lengkapnya lagi, harus dilakukan tes spesifik tiap cabor karena aktivitas fisik atlet yang berbeda-beda,’ demikian dr Farid Eka. (min)

0 komentar :

© 2011-2014 Majalah Cendekia. Designed by Bloggertheme9.