Madun kecil terlahir di desa Woh. Desa yang asri dan penuh ketenangan hidup. Saat beranjak remaja, ia di ajak keluarganya untuk pindah ke Desa Madulegi yang terletak di pinggiran kota Lamongan. Dari desa, Madun ingin sukses berjuang menghadapi kehidupannya. Kota Malang adalah tujuan untuk mewujudkan cita-citanya. Berbekal kegancarannya dalam menjalankan rutinitas kehidupan desa yang bisa dibilang berat.
Akhirnya, gemerlap kota telah mempertemukannya dengan seorang wanita. Ina Farisa namanya. Mereka pun memadu kasih dan akhirnya pernikahan pun terjadi tanpa Madun meminta restu kepada orangtuanya. Kelayakan hidup semakin Madun dapatkan. Selain menjadi sarjana Psikologi, tiga buah hati menemani hidup Madun dan Ina. Namun, kemapanan ekonomi membuat Ina lupa akan tugas dan janjinya sebagai seorang ibu. Kebohongan dan pertengkaran sering terjadi. Ina mulai berdusta.
Dalam novel Perahu Waktu ini, pengarang seakan mampu memberikan efek emosional dan rasa penasaran yang tinggi, membuat pembaca termotivasi.
Pengarang menggunakan bahasa yang tidak baku, namun tidak berbelit-belit dan mendayu-dayu. Terdiri dari 11 bab, novel ini bisa menarik perhatian para pembaca. Novel tersusun secara sederhana, namun sarat bermacam–macam konflik. Cerita dalam setiap bab pun tidak terlalu panjang sehingga tidak membosankan pembaca. Klimaks yang dimiliki setiap bab membuat pembaca semakin penasaran.
Membaca buku Perahu Waktu ini, pembaca seakan berada dalam perahu yang terombang ambing oleh ombak. Konflik membuat resah, dan hati yang sering berdebar diulas dengan konflik yang apik. Banyak hal yang layak untuk kita renungkan. Cover (sampul) novel sangat menarik, perwatakan tokoh mudah dimengerti Kecerdasan Karmin yang menular kepada anaknya Madun membuat kita bisa belajar dari kehidupannya. Hidup mandiri, semangat yang pantang menyerah dapat memberikan kita sebuah pelajaran yang amat berarti.
Novel ini bermanfaat bagi semua masyarakat. Khususnya remaja SMA dan mahasiswi untuk lebih mengasah kemauan belajar. Menyadarkan mereka untuk lebih mengerti betapa pentingnya masa depan. Dan agar tidak salah mengambil langkah, berfikir dua kali untuk melakukan tindakan apapun.
Peristiwa-peristiwa dalam novel ini dapat membuat kita sadar, bahwa “betapa pentingnya hidup ini, jangan hanya karena gengsi kita dalam lubang yang salah”. Secerdas apapun kita, sekuat apapun tekad kita untuk merubah watak seseorang, tak akan ada yang mampu merubah ciptaan Tuhan kecuali diri kita sendiri dan tuhan yang menghendakinya. (*)
0 komentar :