‘Kartini itu ya karnaval….’ Begitu jawab polos Annisa Kamil Zuhrufillah, siswi kelompok B, TK Dharma Wanita VIII Tegalsari, Kepanjen saat ditanya apa yang diketahui soal Kartini. Mengenakan kebaya mini warna kuning tua dan batik, Filla –begitu nanda biasa disapa, tampak sumringah di sekolahnya. Bersama teman-temannya, hari itu Selasa 21 April, Filla memang sedang mengikuti acara memperingati Hari Kartini dengan karnaval.
Ya, sosok Raden Ajeng Kartini sepertinya begitu melekat dan menginsiprasi anak dan perempuan di mana pun. Tak terkecuali siswa sekolah, yang pada 21 April ini, banyak melakukan aktivitas untuk merayakannya. Dengan berbusana tradisional khas Kebaya dan Jarik, serta blankon dan beskalan bagi siswa laki-laki, perayaan Kartini seperti sudah membudaya di lingkungan sekolah.
Pemandangan Kartinian ini bahkan sudah terlihat sehari sebelumnya. Beragam acara memperingati Kepahalawanan RA Kartini pun digelar. Mulai karnaval, pawai keliling, hingga lomba-lomba. Tak hanya siswa dan guru, para orang tua pun larut dalam perayaan ini. Mereka tumplek-blek memadati sekolah tempat diselenggarakan perayaan. Sebagian dengan dandanan khas Kebaya.
Seperti yang dilakukan TK Pembina Kepanjen, Senin (20/4) lalu, yang mengajak siswa-siswinya berpawai sepanjang jalan protocol di wilayah Kepanjen. Mereka berpawai dengan menaiki sejumlah becak dan dokar yang sudah dihias sedemikian rupa layaknya karnaval.
Perayaan Kartinian juga dilangsungkan dengan karnaval berjalan kaki oleh siswa-siswi SDN Kepanjen 03 dan SDN Penarukan Kepanjen pada Selasa (21/4). Dengan busana tradisional masing-masing, para siswa tampak tak mempedulikan rasa kikuk berjalan dengan pakaian yang bukan seragam sekolah seperti sehari-harinya.
Perayaan Kartinian juga tampak di halaman SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Kabupaten Malang. Ratusan Siswa kelas X dan sejumlah guru SMK Mutu berbusana Kebaya larut dalam keceriaan permainan tradisional tempo doeloe untuk merayakan Hari Kartini yang jatuh pada hari itu. Suasana tampak begitu riuh dan gembira.
“Sehari refreshing dengan kegiatan perayaan lomba-lomba tradisional. Apalagi selama ini kami begitu padatnya kegiatan sekolah. Ide acaranya spontan saja, mas,” kata Farida Marwiya ketua panitia kegiatan.
Menurut Ida, meski dirayakan dengan lomba permainan, bukan berarti Kartinian ini asal saja dan tanpa makna. Muatan edukasi dan makna keteladan tetap menjadi tujuan digelarnya kegiatan ini. Menurutnya, jangan sampai hal-hal kodrati perempuan menjadi terpinggirkan karena terlalu mengejar karir dan pekerjaan. Motivasi lain juga diselipkan dalam perayaan Kartinian ini. Dengan berlomba menjadi pemenang, katanya, bisa memaknai kegigihan Kartini dalam memperjuangkan diri meraih pendidikan yang setara dengan laki-laki pada jamanya. (min)
0 komentar :