Apresiasi

Thursday, 21 May 2015

Berawal Tulisan untuk Pacar, Menulis Layaknya Mengolah Mie

Unknown     21:17:00    

Kemampuan menulis biasanya tidak jauh-jauh dari dunia pendidikan atau perkuliahan. Seorang penulis biasanya pula identik dengan sosok yang memiliki banyak waktu luang, sehingga bisa dengan mudah mendapatkan inspirasi dan melakukan proses kreatif dalam menulis.

Namun, tidak demikian halnya bagi Suharso, penulis beken asal Pekalongan, Jawa Tengah. Sebagian pembaca mungkin sudah mengenalnya. Ya, Suharso tak lain adalah Aveus Har, penulis produktif yang sehari-harinya juga penjual mi ayam. Dari tangan kreatif Aveus Har sejumlah novel populer terbit bagi penyuka karangan fiksi. Diantaranya, novel Warna Merah Pada Hati, Pangeran Langit Sorry that I Love You, Roller Coaster Cinta, dan beberapa yang lain.

Berawal Tulisan untuk Pacar, Menulis Layaknya Mengolah Mie


Sebagai tukang mie ayam, kesahajaan dan sikap low profile memang melekat pada pria 38 tahun itu. Banyak kisah perjuangan Koordinator Forum Lingkar Pena (FLP) Pekalongan ini menjadi penulis fiksi. Karena tuntutan pekerjaan, proses kepenulisan Suharso tidak bisa selancar penulis lain. Dia tidak bisa menuangkan ide dan jalan ceritanya di depan layar komputer secara khusus. Hampir selalu, menulis dilakukannya di sela-sela kesibukannya melayani pembeli di ponsel yang memiliki fitur memo untuk menulis karangan yang panjang. Sambil berjualan, dia terus berpikir tentang alur cerita, setting, maupun ending cerita.

Sejak buku pertamanya terbit, kumpulan cerpen Paper Doll, Suharso sukses melahirkan enam judul novel, satu kumpulan cerpen lagi, dan buku tutorial penulisan. Tema novel karyanya bermacam-macam, mulai cerita anak-anak, remaja, hingga dewasa. Kebanyakan novel populer yang punya aliran romantis seperti novel Marga T., Mira W., dan Fredy S.

Tidak hanya berhasil menerbitkan sembilan buku, Harso juga pernah memenangi lomba menulis novel populer yang diadakan Bentang Pustaka, penerbit yang sukses dengan novel-novel best seller seperti Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Perahu Kertas karya Dewi “Dee” Lestari. Novel Harso Flawless Hope mampu menyisihkan sekitar 400 judul novel peserta lain. Namun, novelnya baru diterbitkan Maret lalu dengan judul Sejujurnya Aku. Proses penyuntingannya memang cukup lama.

Jalan yang ditempuh Harso untuk menjadi penulis dimulai dari impiannya sebagai anak ingusan. Ia mulai menulis cerpen kepada gadis yang ditaksirnya saat SMEA. Akhirnya, tulisan cerpen pertamanya sebanyak enam halaman dan ditempel di majalah dinding sekolah. Dari situlah, dia keterusan menyenangi dunia tulis-menulis. Dia kemudian bertekad untuk menjadi penulis professional dan mulai rajin mengirimkan karya-karya cerpennya ke majalah remaja dan tabloid perempuan.

Sebagai penulis, semua inspirasinya hanya bisa didapat dari buku. Untuk membuat karya yang apik, Harso memang rajin belajar dan membaca buku psikologi di Perpustakaan Kota Pekalongan. Hal tersebut membuatnya bisa menghayati bagaimana perempuan bersikap dan bereaksi. Menghayati perempuan lebih perasa dengan memosisikan diri sebagai tokoh utama sangat membantunya menulis fiksi.

Nah, buku karyanya memang sering kali menjadi penyelamat hidup terutama ekonominya. Misalnya saat dia hendak digusur dari trotoar. Saat itu pula dia mendapatkan hadiah sebagai pemenang Bentang Pustaka Rp 6 juta. Alhasil, dia berhasil menyewa kontrakan untuk kembali berjualan.

Dalam sebuah akun blog Spolia, Suharso berbagi kisah tetap bisa menulis novel sambil berdagang mie. Menurutnya, menulis novel dan mengolah mie itu berbeda tapi serupa. Pedagang mie harus mampu memilih bahan baku yang bagus. Dalam menulis pun begitu, ia harus bisa memilah bahan-bahan cerita kehidupan di sekitarnya, dalam kehidupannya.

Bagi Suharso, semakin sering memasak, semakin lincah kita melakukannya. Menulis cerita begitu pula. Tapi, baginya resep menulis cerita, sungguh tidak semudah menuliskan resep mie ayam. Selesai menulis satu cerita, maka cerita baru membutuhkan teknik, bahan, dan bumbu yang lain. (min)

0 komentar :

© 2011-2014 Majalah Cendekia. Designed by Bloggertheme9.