Sosoknya memang terkesan kalem. Namun, di balik sosok kalemnya, tersirat prinsip dan tekad yang kuat. Sebagai tenaga kesehatan professional yang sehari-hari disibukkan dengan pekerjaan, tak lantas membuatnya apatis dan tak ada waktu bagi orang. Begitu juga, saat ia dengan ramah menerima wawancara dengan majalah Cendekia, di sela-sela praktik pelayanan pasien di kliniknya di Ruko Jl Kawi Kepanjen, Rabu malam.
Dr Umar Usman mengawali obrolan dengan berkisah awal menjalani profesinya menjadi seorang dokter. Lulus kuliah 1995 silam, dokter Umar tak langsung mendapatkan kesempatan bertugas di sebuah rumah sakit. Ia pun memilih mengabdikan diri selama setahun dengan menjadi pelayan kesehatan di klinik kecil milik Ponpes Nurul Jadid Paiton, Probolinggo. Di ponpes ini, ia melayani masalah kesehatan setidaknya 6 ribu santri yang bermukim di sana. Kurang lebih pada kurun waktu yang sama, ia kembali bergabung dengan sebuah rumah sakit kecil milik sebuah Yayasan Islam yang ada di Mojokerto dan Mojokerto.
Pengalaman menjalani profesi paling berat dijalani dokter Umar saat menjadi tenaga kesehatan kontrak yang harus bertugas di wilayah pedalaman kabupten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Selama tiga tahun, profesi ini dijalani penuh kerja keras, pengabdian, dan totalitas. Maklum saja, warga masyarakat pedalaman ini tergolong memiliki derajat kesehatan paling rendah dan identik dengan sosial-budaya dan kesejahteraan ekonomi minus. Tak hanya masyarakatnya, bahkan sumberdaya tenaga kesehatan, terutama bidan yang ada, didapatinya minim pengetahuan.
Saat penugasan kala itu bersamaan dengan 47 tenaga kesehatan lain se Indonesia. dr Umar sengaja memilih wilayah pedalaman dengan alasan tersendiri dan ingin tantangan. Karuan saja, kondisi banyak desa tertinggil dan miskin, ia sering dihadapkan pada pasien yang tidak memiliki biaya berobat. Kondisi ini pula yang menjadikan masyarakat setempat enggan mendatangi puskesmas atau klinik.
- Kabupaten Malang Miliki 14 Ribu Kader Kesehatan: Antisipasi Pencegahan Penyakit Sejak Dini
- UKS Dorong Perilaku Hidup Sehat Di Sekolah: Anak Sekolah juga Rentan Ancaman Kesehatan
Waktu dan tenaga ekstra sangat dibutuhkan untuk upaya memajukan derajat kesehatan di sana. Yang banyak dilakukannya memang kegiatan promosi kesehatan dan pembinaan penyadaran hidup sehat.
Sebagai dokter, ia pun tidak bisa pilih-pilih lokasi dalam memberikan home visit atau layanan kesehatan kepada pasien yang membutuhkan. Semua harus dijangkau hingga tempat terpencil pun. Dataran tinggi dengan tanjakan dan turunan curam manjadi pemandangan dan harus dilaluinya tiap hari. Ini pula yang kerap membuatnya pulang dari tempat kerja sampai malam.
Sebagai dokter, ia pun tidak bisa pilih-pilih lokasi dalam memberikan home visit atau layanan kesehatan kepada pasien yang membutuhkan. Semua harus dijangkau hingga tempat terpencil pun. Dataran tinggi dengan tanjakan dan turunan curam manjadi pemandangan dan harus dilaluinya tiap hari. Ini pula yang kerap membuatnya pulang dari tempat kerja sampai malam.
Hingga, ia pun mampu memberdayakan warga setempat dengan nama Citra Kilo Kesehatan Mandiri, dengan mengajak iuran melalui kepala-kepala dusun yang ada. Akhirnya, sebuah puskesmas rawat inap berhasil dibangun dalam kepemimpinannya. Dari kepiawaiannya memberdayakan masyarakat setempat, kemajuan kesehatan di wilayah tersebut berangsur-angsur meningkat. Ia bahkan mendapatkan promosi sebagai apresiasiasi atas kinerjanya diangkat menjadi kepala puskesmas. Keberhasilannya membangun puskesmas rawat inap terus berlanjut ketika ia akhirnya dipindah tugas di Blitar, dan di Kota Malang saat ini.
Keprihatinan ini pula yang mengilhami dokter Umar untuk terus berbuat positif di sela-sela kesibukannya. Sejak 2007 silam, ia menyempatkan diri berkeliling mendatangi berbagai wilayah di Kabupaten, yang paling ujung sekalipun. Sembari melakukan pemeriksaan dan pengobatan gratis atau bakti sosial, ia merasakan langsung dan mengamati kondisi dan harapan warga masyarakat setempat yang dikunjungi.
Keprihatinan ini pula yang mengilhami dokter Umar untuk terus berbuat positif di sela-sela kesibukannya. Sejak 2007 silam, ia menyempatkan diri berkeliling mendatangi berbagai wilayah di Kabupaten, yang paling ujung sekalipun. Sembari melakukan pemeriksaan dan pengobatan gratis atau bakti sosial, ia merasakan langsung dan mengamati kondisi dan harapan warga masyarakat setempat yang dikunjungi.
Setahun terakhir, setidaknya sudah 280 titik sudah ia datangi untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan gratis, sekaligus melakukan promosi penyadaran kesehatan masyarakat. Dalam temuan dokter Umar, jenis-jenis penyakit berat hampir di alami warga yang hidup di pedesaan sekalipun. Ia mendapati sekitar 30% masyarakat mengalami hipertensi atau gejala diabet. Ini karena pola makan yang tidak tepat, seperti kurang sayuran.
“Fenomena ini tidak bisa disepelekan. Peringatan dini harus selalu dilakukan dan ditingkatkan,” demikian dr Umar Usman. (min)
0 komentar :