Apresiasi

Thursday, 18 June 2015

Anak Anda Punya Kebiasaan Buruk, Jangan Panik Dulu!

Unknown     10:47:00    

Anak Anda Punya Kebiasaan Buruk, Jangan Panik Dulu!

Anak Anda masih memiliki kebiasaan mengenyot jempol, menggigit kuku, mengamuk, atau mengompol?Hati-hati dengan dampak buruk kebiasaan tersebut!

Menghisap Ibu Jari dan Menggigit Kuku

Mengisap ibu jari umum terjadi pada bayi usia 3 bulan sampai 2 tahun. Jika kebiasaan ini terjadi setelah anak usia tiga tahun, padahal sebelumnya tidak atau sudah berhenti, bisa jadi si anak sedang stres dan perlu dicari penyebabnya. Bila kebiasaan mengisap ibu jari terus berlanjut hingga usia sekolah dasar dapat mengganggu pertumbuhan gigi, diare, bahkan bisa mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.

Bila terjadi setelah usia 1 tahun, mungkin anak sedang lelah atau bosan, alihkan kegiatannya. Bila terjadi pada usia 5-6 tahun, dan tetap saja sulit ditangani, sangat mungkin terdapat ketidakmatangan emosi dan sosial hingga butuh penanganan lebih khusus.

Menggigit kuku paling banyak terjadi saat anak menginjak remaja (13-15 tahun), bisa juga lebih. Jika kebiasaan ini belum hilang juga, seringkali ketika dewasa beralih menjadi kebiasaaan merokok, makan permen karet, mengorek hidung, atau memainkan rambut.Menurut ahli, kebiasaan buruk ini adalah ekspresi dari kegelisahan, rasa tertekan, kecewa, dan marah.

Menggoyang atau membenturkan kepala

Biasanya terjadi pada usia 7-14 bulan, kadang hingga 5 tahun. Pada awalnya, kebiasaan ini dianggap normal sesuai dengan tahap perkembangan motorik. Pada anak lebih besar, bisa jadi ada latar belakang stres seperti rasa tak aman atau ingin menarik perhatian orangtua, bisa pula ada kelainan organ.

Bunda bisa alihkan kebiasaan gerakan ritmis tersebut menjadi gerakan ritmis yang lain seperti bertepuk tangan, atau menari. Jika membahayakan dan tak ada kecenderungan berhenti, atau anak punya kelainan lain, sebaiknya konsultasikan pada dokter anak dan psikolog.

Menahan Napas saat Menangis (Breath Holding Spell)

Sering terjadi pada usia 1-5 tahun. Diduga ini merupakan bentuk awal dari temper tantrum pada saat anak sudah mampu mengekspresikan rasa frustasi. Bisa jadi ada gangguan hubungan emosional orangtua dengan anak, misalnya ibu yang terlalu sabar, orangtua overprotektif, yang selalu memenuhi kebutuhan anak, atau orangtua yang tidak konsisten.

Umumnya, didahului dengan menangis, berhenti, lalu anak menahan napas, bahkan bisa sampai kebiruan di sekitar mulut dan muka. Kadang anak tampak lemas atau timbul gerakan seperti kejang selama 5-10 detik.

Jangan panik, kenali kapan biasanya si kecil mulai menahan napas. Hindari gerakan berlebihan seperti mengejutkan, membentak, menepuk, memberi minum, dan sebagainya. Yang penting pastikan anak merasa nyaman,dengan menggendong atau memeluknya. Jika terus berlanjut, kebiasaan ini perlu dihilangkan, misalnya dengan mengubah perilaku orangtua pada si kecil.

Mengamuk (Temper Tantrum)

Mengamuk umum terjadi saat anak berusia 3-12 tahun, lebih sering pada laki-laki. Anak menjerit, memukul, menendang, menjatuhkan badan ke lantai, memukul kepala, atau melempar barang. Penyebabnya bisa karena meniru orangtua, atau kepribadian anak sendiri (bossy, aktif dan energik), ketakutan luar biasa, ketidakcocokan dengan orangtua saat anak sedang berkembang pribadinya, orangtua yang terlalu membebaskan atau overprotektif, tidak konsisten, faktor keturunan, kecemburuan pada saudara, dan sebagainya.

Jangan penuhi keinginannya bila anak tantrum, biarkan saja. Begitu anak menyadari ia tak mendapat apa-apa, tantrum akan berhenti. Mungkin saja cara ini tak berhasil, yang penting orangtua harus sabar, jangan tergesa-gesa mengambil sikap, misalnya karena malu dilihat orang. Ingat, orangtua sebaiknya selalu konsisten. Semoga Bermanfaat!! (*)


0 komentar :

© 2011-2014 Majalah Cendekia. Designed by Bloggertheme9.